Maling: Malam itu
sungguh berarti
Mereka tidak punya nyali
Aku kelabui mereka
lagi dan lagi
aksiku bersih
Tidak meninggalkan jejak sama sekali
Kuman dikaki
tampak mati
Bauku hilang
disapu angin
Polisi: Aku selalu disini mengintaimu
Tak akan pernah
kehilangan bau nafsumu
Aku ada karena
kaupun ada
Ibarat yin dan
yang
Aku galau jika
kau tak ada
Sebab tak
mungkin ku tangkap sesama polisi
Maling: Aku hanya ingin mencicipi secuil rezkinya,
yang tak mungkin habis untuk mereka nikmati
sendiri
Ustadz: kau hanya senang diatas penderitaan orang
Mereka
mencarinya dengan susah payah
Banting tulang,
tanpa menyerah
Mencari kerja,
mencuri kesempatan
Mengeluarkan tenaga, dan
mengais harta
Rakyat:Namun sekarang semuanya hilang
Ditelan asap
dan tangan kotormu
Pernahkah kau
memikirkannya?
Maling: sobat, tentu saja pernah
Kau kira semua
itu mudah?
Rakyat: Apa susahnya?
Maling: aku harus menyamar bagai bunglon
Harus
bertingkah bagai bangsawan
Harus menyelinap
bagai kucing mengintai ikan
Harus membongkar
bagai tukang las
Dan berlari
bagai mobil ferari
Polisi: Lalu mengapa kau menjadi pencuri?
Mengapa kau
tidak menjadi polisi sepertiku?
Menilang sepeda
bermesin tanpa surat
Mengejar orang
bertangan panjang
Menembak orang
bertingkah hewan
Menghajar orang
tak tau aturan
Ustadz: Bertoblah kawan,
Pintu maaf-Nya selalu terbuka
Menerima tobat
hamba berdosa
Menerangi hamba
tanpa cahaya
Menuntun hamba yang buta arah
Maling: Aku melakukannya...
Untuk mengisi
perut tak berisi
Mengisi ulang
tenaga yang hampir musnah
Dan mengisi
waktu karena hobi
Rakyat: Haruskah aku?
Mengapa aku
yang menjadi sasaranmu?
Wahai penegak
keadilan...
Polisi: Ada gerangan apa, saudariku?
Rakyat: bisakah kau tentukan hukuman yang pantas?
Maling: Apa aku harus dihukum?
Mengambil
secuil hak miliku sendiri?
Merasakan
sedikit kenikmatan dunia
Aku lelah
menikmati kesengsaraan
Ustadz: Tak tahukah engkau?
Kepalanya dipenggal!
Disisir dengan sisir besi
Tubuhnya dibakar!!
Tapi mereka tetap teguh memegang
iman
Sampai akhir hanyatnya memelihara
keyakinan
Sungguh mulia orang-orang terdahulu
Abu Bakar Radhiyallahu Anhu
Umar Radhiyallahu Anhu
Dan sahabat-sahabat yang telah hidup
lebih dulu
Merupakan cerminan manusia beriman
Didikan Rasulullah saw
Rakyat: wahai penegak keadilan
Polisi: Iya saudariku?
Rakyat: Bisakah kita memisahkan badannya?
Mengkulitinya
Memasukannya
kedalam kardus
Dan melemparnya
kedalam lubang buaya
Polisi: Semua itu tidak akan membuatnya jera
Dia mendengar
dengan matanya
Melihat dengan
telinganya
Berpikir dengan
dengkulnya
Jangan lakukan
hal yang sia-sia
Maling: Serendah itukah diriku?
Aku beraksi
melebihi kelincahan atlet
Berlari dengan
tenaga turbo
Merayap bagai spiderman
Meloncat melebihi seekor simpanse
Ustadz: Kau benar-benar bertangan panjang
Carilah rezeki yang halal
Beri makan anak istrimu dari nafkah
yang Allah Ridhoi
Yang Allah sertakan rahmat dan
hidayah
Sehingga engkau selamat dari fitnah
Selamat dari dosa dan salah
Maling: Bisakah kalian melihat apa
yang aku bawa?
Tak ada motor disampingku
Tak ada perhiasan di kantongku
Tak ada emas ditanganku
Yang ada hanya gigi emas di mulutku
Polisi: Lalu apakah yang kau bawa dari istana saudariku?
Maling: Hanya sepotong weci dan segelas susu basi,
Rakyat: Hanya itu??
Aku adalah pemilik berhektar-hektar sawah
Pemegang saham perusahaan terbesar
Pendidik sikap nasionalis
Pembela sikap patriotis
Dan aku adalah orang paling ideologis
Beruntunglah negeri ini punya orang sepertiku
Ustadz: Jangan engkau sombong dan
tinggi hati
Merasa paling benar dan paling baik
Seperti setan yang enggan sujud pada
Adam
Ia pikir Api lebih baik dari Tanah
Padahal Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
Maling: “Tak semua orang di dunia ini
Selalu seperti apa yang terlihat”