Said bin Musayyab adalah seorang
yang tabi’in. dia mempunyai seorang anak gadis yang sangat cantik jelita, dan
berotak yang sangat cerdas pula. Anak perempuan Said merupakan gadis yang
menjadi idaman setiap pemuda.
Suatu ketika Khalifah Abdul Malik
bin Marwan mengutus seseorang untuk meminang anak gadis Said, yang akan
dinikahkan dengan putnranya yaitu Walid bin Abdul Malik.
Mendapat pinangan dari seorang
Khalifah, Said bukannya gembira atau senang, tapi justru ditolaknya pinangan
tersebut. Sampai beberapa kali Said didesaknya untuk menerima pinangan itu,
namun ia tetap menolak.
Suatu hari Said bin Musayyab
bertemu dengan Abu Wada’ah, bekas muridnya sendiri. Abu Wada’ah seorang duda
yang baru saja ditinggal mati oleh istrinya. Melihat keadaan bekas muridnya
itu, Said merasa kasihan. Lalu ia tawarkan anak gadisnya yang cantik untuk
menjadi istrinya. Tentu saja Abu Wada’ah menerimanya dengan senang hati.
Melihat kejadian itu, banyak orang
yang mencibirnya. Betapa bodohnya Said. Anak seorang khalifah yang melamar
ditolaknya, tapi sekarang anak gadisnya justru dikawinkan dengan seorang duda.
Mendengar gunjingan orang-orang, Said bin Musayyab tak memperdulikannya.
Sebagai orang tua ia punya tanggu jawab untuk menjaga anak gadisnya agar tak
terjerumus pada kesesatan. Karena itu, Said merasa harus hati-hati dalam
memilihkan jodoh bagi anak gadisnya.
Said bin Musayyab merasa lebih
tenang mengawinkan anaknya dengan seorang laki-laki bekas santrinya yang sudah
lama diketahui akhlaq budi pekertinya. Said sangat mengenali tabiat dan prilaku
Abu Wada’ah.
Sedangkan Walid bin Abdul Malik
meskipun seorang anak Khalifah belum tentu baik budinya. Lagi pula menjadi
keluarga istana Kekhalifahan belum tentu menjamin kebahagiaan dan kehidupan
rumah tangga yang islami.
Menurut hadist Rasullullah,
seseorang dinikahi karena 4 hal. Harta bendanya, nasabnya, kecantikannya, dan
karena agamanya. Dalam menjodohkan anak gadisnya, Said bin Musayyab rupanya
lebih mementingkan agamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar