Rabu, 14 November 2012

Do’a Tiga Orang Pengembara



Dahulu tersebutlah tiga orang laki-laki pengembara. Suatu hari ketika perjalanan mereka sampai di daerah perbukitan, tiba-tiba turun hujan yang sangat deras. Mereka kemudian berteduh di dalam sebuah goa di lereng bukit.
                Karena hujan yang sangat deras membuat tanah yang di atas goa itu longsor dan sebuah batu besar menutupi mulut goa, membuat ketiga pengembara itu tersekap di dalamnya.
                “Demi Allah, tidak ada yang menyelamatkan kecuali sifat jujur (keikhlasan)” kata salah seorang pengembara itu kepada temannya. “Oleh karena itu, kuharap kalian masing-masing agar berdo’a kepada Allah dengan perantara (wasilah) suatu amal yang kita yakin dikerjakan dengan penuh kejujuran (keikhlasan)” sambungnya.
                Salah seorang diantara mereka berdo’a, “Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku dulu punya seorang pekerja yang bekerja padaku dengan imbalan 3 gantang padi. Tapi tiba-tiba dia pergi dan tidak mengambil upahnya. Kemudian kuambil padi itu lalu kusemaikan dan kutanam. Dari hasil tanaman itu kubelikan seekor sapi. Suatu saat, pekerja itu datang kepadaku untuk menagih upahnya yang dulu. Aku katakana padanya, “bawalah sapi-sapi itu” Pekerja itu kembali berkata “Upahku yang ada pada tuan hanyalah 3 gantang padi.” Maka kujawab sapi itu adalah hasil dari padi yang 3 gantang dulu. Akhirnya sapi-sapi itu diambil juga oleh pekerja itu. Ya Allah, bila Engkau tahu bahwa apa yang kulakukan itu hanya karena aku takut kepada-Mu, maka keluarkanlah kami dari gua ini.
                Tiba-tiba batu besar yang menutupi mulut gua itu sedikit bergeser. Seorang lainnya juga berdo’a, “Ya Allah, Engkau tahu bahwa aku mempunyai Ayah dan Ibu yang sudah tua. Setiap malam aku membawakan mereka susu dari kambingku. Suatu malam aku terlambat datang pada mereka. Aku datang saat mereka sudah tertidur lelap. Padahal saat itu, istri dan anak-anakku berteriak kelaparan. Memang biasanya aku tidak memeberi susu buat mereka sebelum kedua orang tuaku terlebih dulu minum. Aku enggan membangunkan mereka, juga untuk meninggalkannya, karena mereka sangat membutuhkan susu tersebut. Maka kutunggu mereka bangun sampai fajar menyingsing.
                “Ya Allah, bila Engkau tahu bahwa aku melakukan hal tersebut hanya karena aku takut kepada-Mu, maka keluarkanlah kami dari gua ini.”
                Tiba-tiba batu besar itu bergeser lagi, sedikit.
                Orang ketiga juga berdo’a, “Ya Allah, Engkau tahu aku mempunyai saudara sepupu perempuan (putri paman), dia adalah wanita yang paling aku cintai. Aku selalu menggoda dan merayunya (untuk berbuat dosa), tapi dia menolak. Hingga ketika dia memohon pinjaman uang dariku, dan aku memberinya 100 dinar. dia melakukan hal itu karena terpaksa, dan hal itu kujadikan sebagai hilah untuk mendapatkan kehormatannya.
                Ketika aku datang dengan membawa uang tersebut untuk kuberikan kepadanya, dia pun memberiku kesempatan, juga karena terpaksa untuk menjamah dirinya. Saat aku duduk diantara kedua kakinya, saudariku itu berkata, “Beraqwalah engkau kepada Allah, janganlah engkau merusak cincin kecuali sudah menjadi hakmu” maka dengan segera aku berdiri dan keluar meninggalkan uang 100 dinar itu untuknya. “Ya Allah, bila Engkau tahu apa yang kulakukan itu karena aku takut padamu, maka keluarkanlah kami dari gua ini”
                Tiba-tiba bergeser sekali lagi batu yang menutupi mulut gua itu hingga terbuka. Allah telah mengeluarkan tiga pengmbara itu, yang tersekap dalam gua karena tertutup batu, akibat longsor.
(Dari Nafi’ diriwayatkan oleh Ibnu Umar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar